Kita tidak pernah bisa  menduga apa yang akan terjadi di akhir hari. Mengawali hari dengan hati riang  dan semangat menjulang, kadang bisa diakhiri dengan bersungut-sungut atau marah  oleh sebab berbagai macam hal. Semangat dan keriangan yang tadinya dirasakan  penuh, seolah-olah terkikis habis oleh satu atau dua kejadian yang dialami.  Rasanya, keseluruhan hari itu menjadi begitu buruk oleh sebab peristiwa yang  dialami di ujung hari.
Permulaan yang baik, selayaknya mendapatkan  ‘penutupan’ yang baik pula. Di sinilah pentingnya menyadari dan memahami bahwa  setiap aktifitas tidak hanya dinilai oleh awalnya yang bagus atau bagaimana  hasil akhirnya. Keseluruhan dari aktifitas tersebut memiliki nilai. Sebab proses  bagaimana aktifitas itu dilakukan, diawali-dijalankan-dan diakhiri, semuanya  merupakan ‘permata’ yang sangat penting bagi diri seorang muslim. Bagaimana  tidak? Allah tidak menilai amalan seseorang dari hasil akhirnya saja, melainkan  dari keseluruhannya. Bukankah bagaimana akhir hidup seseorang pun menentukan di  mana ‘tempat’ kelak ia berada? Dan perjalanan hidup seseorang itu, bagaimana ia  menjalaninya, akan menjadi penentu arah mana yang akan ia ambil, jalan kebaikan  atau sebaliknya. Bagaimana seseorang melewati hari demi hari dalam kehidupannya,  akan menjadi catatan penting sebagai timbangan di hari akhir kelak.
Tak  jarang amalan seseorang itu rusak sebab keikhlasan dalam mengerjakannya  ternodai. Penyebabnya bisa bermacam-macam, baik itu yang timbul dari dalam diri  sendiri, maupun karena diri kita tak bisa menahan ‘godaan’ yang datang dari  luar. Memang, setan selalu berperan untuk menggoyahkan keikhlasan yang akan  menjadikan sebuah amalan itu diterima atau tidak. Dan musuh nyata bagi manusia  itu tak kan mau kompromi dan berbelas kasihan kepada kita. Kuncinya adalah,  bagaimana diri kita dapat menjadikan setiap amalan kita indah, dengan selalu  menjaga keikhlasan dan meneguhkan keimanan, supaya tak mudah keikhlasan itu  rusak oleh sebab-sebab yang memang selalu mengitari. Masalahnya adalah, menjaga  agar amalan tersebut tetap terjaga ‘keindahannya’ sampai akhir ia selesai  dikerjakan, adalah satu tantangan tersendiri yang selalu menuntut manusia untuk  melakukan yang terbaik yang ia bisa, kalau tak mau dibilang sulit.
Kita  tak pernah bisa menduga apa yang akan terjadi pada akhir hidup kita nanti.  Apakah kebahagiaan abadi yang akan kita reguk, ataukah siksa berkepanjangan yang  menjadi teman bagi kita untuk selamanya? Berada bersama orang-orang pilihan di  surga-Nya, ataukah tenggelam bersama kesengsaraan di neraka? Itu semua, diri  kita sendiri lah yang dapat menjawabnya. Bukan teman atau sahabat, bukan orang  tua kita, bukan pula orang-orang yang telah menyaksikan segala tingkah polah  kita di dunia. Sebab pada waktu seluruh manusia berkumpul untuk mendapat  perhitungan atas semua amalnya, seluruh anggota tubuh kita akan bersaksi,  menceritakan keseluruhan perilaku kita di dunia. Kita tak kan pernah bisa  mengira-ngira, bagaimanakah nasib kita pada hari itu.
Seorang Thalhah  yang sederhana dan rendah hati pernah menjadi bahan perbincangan serta menjadi  pertanyaan besar oleh Abdullah bin Umar, ketika Rasulullah selama tiga kali  berturut-turut menyebutnya sebagai ‘seorang ahli surga’ pada kesempatan  berkumpul dengan para sahabat. Kemudian Ibnu Umar menemukan rahasia itu setelah  menginap tiga malam di rumahnya. Thalhah, si ahli surga tersebut, rupanya tak  pernah absen membersihkan hatinya dari segala dengki dan dendam terhadap sesama,  setiap kali hendak tidur malam. Ia tak pernah sedikitpun memendam amarah  terhadap orang-orang yang hari itu mungkin melukai dan menzaliminya. Begitu  mulia, begitu sederhana. Namun rupanya, sebuah amalan penutup malam yang ia  lakukan secara kontinu, mampu mengangkatnya ke sebuah tempat yang dinantikan  oleh seluruh manusia.
Kisah di atas adalah sebuah contoh kecil, tapi  selalu dapat menggetarkan hati saya setiap kali mengingatnya. Ia telah menjadi  kisah populer yang diulang-ulang di banyak literatur. Betapa tidak, sungguh  telah terbuktikan, bagaimana seseorang ‘mengakhiri’ harinya tersebut dengan  baik, akan membawa keberuntungan besar baginya kelak. Menjaga keindahan amalan  yang telah ia perbuat seharian penuh, dengan sebuah keikhlasan untuk dapat  melapangkan hati yang telah sempit oleh maksiat dan dosa sepanjang  hari.
Bagaimanakah amalan hari ini kita akhiri? Yakinlah, bahwa ganjaran  Allah sungguh tak terkirakan bagi mereka yang senantiasa berbuat yang terbaik.  Sebab Allah Maha Tahu niat yang tersembunyi di setiap hati hamba-Nya. Dan  berusahalah, untuk mengakhirinya dengan indah…
Untuk semua penghuni  'kamar 411'

