Ini adalah lanjutan dari Kisah Abu Qilabah, Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Terakhir Wafat.
Kini, Abdullah bingung. Apa yang harus dilakukan terhadap jasad orang tua ini. Membiarkannya pun tak tega, belum lagi jika ada kawanan binatang buas yang datang, jasad orang tua itu akan diterkam buas.
Abdullah pun menutup jasadnya dengan kain yang ditemukan di dalam tenda tersebut. Dia pun bergegas keluar untuk meminta bantuan.
Hingga beberapa waktu, Abdullah melihat dengan samar-samar beberapa orang yang jauh di sana. Mereka menunggangi kuda. Salah satu dari mereka pun tampak rapi. Tanpa pikir panjang, Abdullah pun langsung berteriak dan melambaikan tangan kepada mereka dari kejauhan.
Orang-orang yang menunggangi kuda tersebut menyadari akan panggilan Abdullah. Mereka pun mendekatinya.
Mereka berkata, “Wahai saudara, apa yang terjadi padamu?”
Abdullah langsung menceritakan apa yang telah terjadi dan meminta kepada mereka untuk menolong mengurus jasad orang tua tersebut.
Lantas, mereka memasuki tenda dan bertanya, "Siapa dia?”
“Aku juga tidak mengenalnya, dia dalam keadaan sakit dan memprihatinkan,” jawab Abdullah.
Lalu, rombongan penunggang kuda yang berjumlah empat orang itu langsung membuka penutup wajahnya, mungkin saja salah satu dari mereka mengenalinya.
Saat penutup wajah terbuka, wajah mereka tersentak lalu menangis. Abdullah pun bingung dengan apa yang ia lihat dari si penunggang kuda itu.
Salah satu dari mereka berkata, Subhanallah, wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang selalu menunduk atas apa yang diharamkan Allah. Tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur."
Dengan heran, Abdullah pun bertanya, “Kalian kenal dengan orang tua ini?”
"Kau tidak mengenalnya?" mereka bertanya balik kepada Abdullah.
Abdullah jelas tidak tahu siapa orang tua yang dia temukan seorang diri di dalam tenda. Dia lantas bertanya, "Siapakah orang tua ini. Mungkin Tuan-Tuan dapat menceritakannya?"
Namun, orang-orang itu kemudian memperkenalkan diri lebih dulu. Mereka adalah utusan Raja Muslim yang memang ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan orang tua tersebut.
Kemudian mereka berkata, "Ia adalah Abu Qilabah al-Jarmi, sahabat dari Rasulullah SAW. Laki-laki ini, pernah dimintai oleh khalifah untuk menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan tersebut.”
"Dia membawa serta seorang anak laki-laki. Tadi kami menemukan jasad putranya dimakan singa,” cerita pendamping utusan raja.
Pada akhirnya, Abdullah paham. Sahabat Nabi Muhammad SAW yang meninggal ini adalah Abu Qilabah yang tidak mau terlibat menjadi ulama penguasa. Maka dari itu, dia lebih baik menyingkir dan tinggal di padang pasir tandus bersama anaknya.
Abu Qilabah wafat pada 104 H. Utusan raja yang dimintai pertolongan oleh Abdullah pun mengurus jenazah Abu Qilabah dan menyalatinya. Lalu, mereka kembali ke negerinya dengan membawa kabar buruk diiringi hati yang sedih.