Kategori

Kisah Viral Anak SMP Hamil, Psikolog Sebut Pola Asuh Orang Tua Terlalu Membebaskan

By On Desember 23, 2020



Orang tua harus perlu mengajarkan benar dan salah 

Orang tua memiliki peranan penting dalam mendidik dan membentuk moral anak sejak dini hingga beranjak remaja. Pola asuh yang terlalu membebaskan bisa jadi penyebab tindakan anak yang ceroboh dan di luar batas. Berikut penjelasan lengkap psikolog.


Beberapa waktu yang lalu, viral sebuah kisah siswi SMP hamil di luar nikah yang ingin mengugurkan kandungannya.


Kisah itu viral di media sosial Instagram, Twitter dan juga Facebook setelah diangkat oleh dokter spesialis kandungan yang menangani siswi SMP itu, yakni dr. Rizal Fitni SpOg.


Melalui kanal YouTube dokter itu, Rizal membeberkan kisah 3 siswi SMP yang berkonsultasi padanya perihal kandungan. 


Pada video itu, Rizal mengungkapkan ada tiga siswi SMP yang mengunjungi tempat praktiknya.


Dari 3 siswi SMP ini, satu diantaranya hamil di luar nikah tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya. 


Kehadiran mereka dalam konsultasi tersebut sebenarnya untuk memastikan apakah bayi yang ada di kandungannya sudah hilang atau masih ada.

Saat diulik lebih jauh oleh dokter Rizal, ternyata siswi SMP tersebut sudah mengonsumsi obat penggugur janin karena sudah melakukan hubungan di luar nikah. 


Parahnya, dia melakukana hubungan terlarang tersebut dengan pacar temannya dan dilakukan di rumah milik temannya, tanpa pengawasan orangtua.


Psikolog dari Yayasan Praktek Psikologi Indonesia (YIPPI) Adib Setiawan kemudian memberikan tanggapannya terhadap kisah viral siswi SMP ini, sebagaimana yang dikutip dari Tribunnews.


Menurutnya, pola asuh orangtua sangat penting dalam usaha mendidik dan membimbing seorang anak. 


Pola asuh orangtua dibagi menjadi 3, diantaranya ialah demokratis, otoriter, dan juga mengabaikan atau membebaskan.


"Di sini, terlihat orangtua sangat membebaskan sehingga anak tidak tahu apa yang harus dilakukan," ucapnya.

Cara pola asuh orangtua seharusnya adalah mengajarkan perilaku mana yang salah dan yang benar. 


Berdasarkan eenjelasannya, perkembangan anak juga terdiri dari 3, yaitu fisik, kognitif, dan juga seksual. Menanggapi kasus siswi SMP yang viral tersebut, menurutnya ketiga siswi SMP itu ingin mengembangkan kemampuan seksualnya.


Perkembangan seksual ini menurutnya bisa diperlambat dengan perkembangan intelektual dan juga perkembangan moral.


"Perkembangan intelektual, artinya lebih banyak belajar, kedua, perkembangan moral. Bagaimana mengembangkan moral pada anak baik itu melalui agama, keluarga, maupun guru," jelas Psikolog ini.



Adib juga menjelaskan bahwa ketiga siswi SMP ini mungkin kurang pengawasan dan juga kepedulian dari orangtuanya, sehingga mereka berbuat hal yang di luar norma.


"Ketiga anak ini terlihat, seolah-olah orangtuanya kurang peduli, kedua mengabaikan, ketiga, orangtua barang kali cuma bisa melarang sehingga anak-anak ini takut," jelasnya.


Ia juga menuturkan beberapa pola asuh yang bisa dilakukan orang tua untuk menghindari kejadian tersebut.

Menurutnya, orang tua harus mendidik anak untuk menjaga kehormatan diri yang perlu diajarkan sejak dini. Ajarkan dengan cara-cara konkret dan sederhana sehingga anak-anak paham dengan hal itu.


"Misalnya, ketika SD atau usia TK, anak-anak diajarkan supaya dilarang memegang alat vital, jangan sampai alat vitalnya dilihat oleh orang lain," ucap psikolog yang membuka praktek di Klinik Terapi Anak dan Dewasa di Pondok Aren, Tangerang Selatan ini.


Ia juga mengungkapkan mengenai perlunya mengajarkan anak mengenai cara berpakaian yang sopan serta bersikap yang sopan. 


"Ketika si anak tahu kesopanan seperti apa, tentunya ke depan, akan mempertahankan moral yang dimiliki, selain itu, anak perlu tahu yang boleh mencolek dia atau tidak, jadi anak diajarkan arti sebuah kehormatan dan harga diri."


"Sehingga, baik laki-laki atau perempuan, anak akan menjaga harta yang paling berharga, jangan sampai ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab mengaksesnya," kata Adib.


Adib juga menegaskan kembali pentingnya menumbuhkan rasa harga diri pada anak sejak dini. Dan orang tua bisa mengajarkannya dengan cara-cara sederhana seperti cerita dan lainna. 


"Rasa harga diri perlu dilatih sejak dini, entah itu pakai dialektika, diskusi dengan orangtua, atau cerita. Akhirnya anak-anak nantinya merasa menghargai apa yang dia miliki," ucap psikolog ini.


Selain itu, orang tua juga perlu berdiskusi dengan si anak betapa pentingnya anak-anak membangun cita-citanya. Agar anak bisa fokus mencapai cita-cita dibandingkan dengan berfokus pada hal lainnya.


"Bagaimana orang tua mengajak berdiskusi tentang pentingnya anak-anak membangun cita-cita," pungkasnya.


Jadi kisah ini penting menjadi pembelajaran bagi para orang tua untuk perhatian dan mengawasi anaknya betul-betul agar tidak sampai melakukan hal-hal yang diluar batas serta merugikan diri sendiri dan orang lain. 



sumber : wajibbaca.com

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==