Kategori

Belajar Dari Pandemi Corona, Keselamatan Rakyat Adalah Prioritas

By On Mei 02, 2020


Ada dua pekerjaan terberat yang dihadapi pemerintah saat ini, yaitu berfikir memutus mata rantai penyebaran virus, dan menghentikan tangan-tangan usil yang suka menyebar hoax untuk menyusahkan rakyat. Itulah dinamika pandemi di era milenial saat ini.


Kehadiran mahluk ciptaan Allah berukuran nanometer yang hanya dapat dilihat dengan microskop elektron telah mampu mengguncang dunia, termasuk Indonesia. Banyak negara kaget dan tidak siap menghadapi bencana ini. Segala cara dan strategi ditempuh untuk menghalaunya. Ada negara yang menerapkan lockdown, ada juga penerapan social distancing, physical distancing sampai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bagi warganya seperti yang dilakukan Indonesia.

Kegalauan global terjadi merata di hampir seluruh penjuru dunia. Meski demikian, dalam kepanikan tetap ada banyak hikmah yang dapat kita pelajari dari musibah besar yang Allah turunkan bagi umatnya.

Firman Allah dalam Alquran: "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al Hadid:22-23).

Petikan ayat ini merupakan resep yang sangat mujarab diberikan Allah bagi mukmin yang mampu menyikapi setiap nikmat, karunia hingga musibah yang menimpa dirinya. Berkhusnudzan kepada Allah serta mampu menangkap pelajaran dan hikmah yang terkandung di dalam setiap musibah adalah ciri mukmin sejati. Di antara pelajaran yang dapat diambil adalah manusia itu tidak memiliki kekuatan apapun dan hanya "singgah" sementara di bumi Allah. Maka berlaku baiklah terhadap alam dan isinya.

Hargai segala macam mahluk hidup di alam dengan penuh kasih sayang. Biarkan binatang buas hidup di habitatnya, jangan ganggu apalagi sampai memakannya sehingga suatu hari mereka akan punah karena ulah manusia. Bersikap adillah dengan sesama mahluk hidup agar alam dan isinya tidak murka.

Bagi seorang Muslim, datangnya musibah hendaknya disikapi dengan penuh keimanan. Yakinlah bahwa bersama musibah yang datang, ada hikmah besar yang Allah rencanakan. Keyakinan akan mampu membuka pemahaman yang positif dan mendorong luasnya cara berfikir serta kejernihan dalam memandang musibah. Lebih dari itu, orang-orang yang bersabar dalam musibah, telah Allah janjikan kepadanya rahmat, keberkahan yang sempurna serta petunjuk dalam menghadapi musibah tersebut, asalkan tidak sombong dan merasa seolah-olah memiliki kekebalan untuk tidak ditimpa musibah tersebut.

Jika bisa diibaratkan, maka sebenarnya pandemi corona ini seperti sebuah sekolah/universitas yang di dalamnya banyak sekali pelajaran berharga. Mulai dari masyarakat biasa sampai pemimpin tertinggi di suatu negara dapat belajar dan mengambil hikmah dari pandemi ini. Covid-19 memberi pelajaran kepada rakyat untuk dapat benar-benar patuh kepada pemimpin (ulil amri) sebagaimana anjuran agama. Covid-19 merupakan krisis global yang tidak dapat diatasi pemerintah saja. Peran serta masyarakat untuk disiplin serta patuh terhadap imbauan pemerintah mempercepat pemulihan krisis ini.


Berdiam di rumah sebagai upaya penghentian penyebaran virus sekaligus membersihkan ozon dari polusi udara walau untuk sementara waktu. Jikapun memang harus keluar rumah untuk suatu kepentingan, maka mengikuti semua protokol kesehatan. Bicaralah sesuai bidang masing-masing. Praktisi pendidikan mari memikirkan bagaimana pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran saat ini. Pegiat media massa memikirkan agar berita-berita yang keluar tidak menambah kepanikan rakyat. Pengusaha berpikir dan membantu pemerintah agar kebutuhan sandang pangan rakyat tercukupi.

Menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan serta menjauhi tempat keramaian merupakan bagian dari ikhtiar kepada Allah yang menciptakan virus ini. Allah akan bangga kepada umatnya yang berupaya bisa berubah dari satu takdir kepada takdir lain yang lebih baik. Sekaranglah saatnya mengubah pola pikir kita tentang takdir dan ikhtiar. Dengarkan apa yang dikatakan tenaga medis, karena mereka ahlinya. Sekaranglah bahu membahu menyelamatkan anak-anak bangsa dengan peran kita masing-masing tanpa harus semuanya menjadi tenaga medis atau ahli virus.

Ratusan ribu orang di dunia sudah menjadi korban, tapi akibat perkembangan media sosial yang sangat terbuka dan tidak terkontrol, malah dijadikan bahan candaan oleh sebagian oknum masyarakat. Seharusnya, ikut merasakan apa yang dirasakan sesama rakyat Indonesia sudah menjadi suatu keharusan. Kondisi seperti saat inilah pribahasa "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing" harus diimplementasikan. Jiwa nasionalis dan cinta NKRI pun saat ini waktunya kita tunjukkan. Tingkatkan kepekaan terhadap krisis (sense of crisis), sehingga walaupun bukan diri sendiri atau keluarga kita yang terdampak Covid-19, namun senantiasa berempati kepada warga lainnya yang terdampak.



Pandemi Covid-19 ini juga menjadikan pemerintah belajar mengatasi berbagai masalah dalam kondisi yang genting. Pemerintah belajar bergerak cepat melebihi kecepatan perkembangan virus. Tidak perlu banyak perdebatan maupun dialog yang tidak kunjung usai. Retorika yang terkesan lip service juga tidak dibutuhkan masyarakat. Belajar menghilangkan perbedaan partai politik, perbedaan mazhab, atau perbedaan kepentingan menjadi sesuatu yang kadang sulit dilakukan pemerintah, namun harus dilakukan. Belajar mengambil keputusan yang tegas, bijak, dan tepat sehingga masyarakat yakin bahwa pemerintah serius dalam menangani krisis ini.

Fokus pada keselamatan rakyat adalah prioritas kerja utama pemerintahan saat ini. Karena menyelamatkan rakyat sama dengan menyelamatkan bangsa. Ketegasan kunci dalam menghadapi masa kritis, apalagi Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam etnis, suku, dan budaya maupun agama. Dengan beragamnya masyarakat Indonesia, sudah dapat dipastikan beragam juga karakter dan cara berpikirnya. Diskusi hanya dibutuhkan dengan pakar yang memang langsung memahami permasalahan Covid-19. Jika segala keputusan yang dibuat ingin diikuti masyarakat, maka beribawa dalam bersikap menjadi sebuah keharusan yang hendaknya dimiliki pemerintah.

Satukan kata antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, ulama/pemuka agama yang memang memiliki massa (jamaah) dan yang terpenting pemerintah harus belajar dan bertanya kepada orang yang memang paham tentang virus ini agar tidak ada info yang keliru. Negara harus benar-benar hadir menghentikan laju perkembangan virus ini. Bersinergi dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset besar-besaran juga sangat dibutuhkan. Sekaranglah waktunya negara berbuat untuk kepentingan rakyat.

Habiskan uang yang memang milik rakyat untuk rakyat itu sendiri. Hentikan segala kegaduhan jika tidak ingin negara ini hanya tinggal nama saja. Ambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari pandemi ini. Semoga negara kita terbebas dari semua krisis. Aamiin Ya Rabb'alamin.

Ditulis oleh Dr. Sri Rahmi, M.A., Dosen UIN Ar-Raniry, penulis buku “Kepemimpinan Transformasional”, buku “Kepemimpinan Humanis Religius”, dan anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Banda Aceh.


Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==