Kategori

Terdengar Dentuman Keras hingga Rumah Bergetar Saat Sriwijaya Air Jatuh

By On Januari 11, 2021



Nelayan sampai trauma atas insiden tersebut 

Warga mengungkapkan berbagai kejadian mengerikan saat detik-detik pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh ke Kepulauan Seribu. Bahkan nelayan sampai syok hingga tidak enak makan dan tidur. 


Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sudah dipastikan jatuh di perairan Kepulauan Seribu. 


Saat detik-detik jatuhnya pesawat, nelayan dan warga sekitar nyatanya mengetahui berbagai kejanggalan serta kejadian yang mengerikan. 


Insiden tragis tersebut, bermula saat pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB. 


Kemudian pesawat tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.


Pesawat jenis Boeing 737-500 tersebut kemudian hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di sebelah utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11 ribu kaki.


Sebelumnya, pesawat sempat mengalami penundaan keberangkatan hingga 1 jam, karena faktor cuaca yang buruk. 


Diketahui, pesawat tersebut membawa 62 orang, terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru. Dari jumlah tersebut, ada 40 orang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi. 


Sementara itu untuk awak pesawat ada 12 kru terdiri atas enam kru aktif dan enam kru ekstra. Saat ini, pencarian pesawat tersebut hingga terus dilakukan oleh tim gabungan. 

Berikut adalah beragam kesaksian detik-detik jatuhnya Sriwijaya Air yang mengerikan: 


Suara Ledakan, Dikiran Bunyi Petir 

Nelayan di Pelabuhan Tanjung Kait mengaku sempat mendengar dentuman suara yang berasal dari tengah laut. Mulanya ia menganggap seperti bunyi petir. 


"Denger ledakan siang abis ngelaut. Cuma denger ledakan. Kayak geluduk-petir," ujar Yakub, salah satu nelayan. 


Tak hanya Yakub, nelayan lainnya juga menuturkan mendengar suara ledakan yang sama. Ia mendengar sekitar pukul 15.00 WIB ketika sedang melaut. 


"Sekitar jam 3. Pesawat nggak lihat. Cuma mendengar saja. Karena gelap hujan-angin. Tahu-tahunya boom... sekali saja," ujar Sholeh. 


Air Laut Naik 15 Meter, Dikira Tsunami 

Kapolres Kepulauan Seribu, AKBP Eko Wahyu, mengungkapkan saat kejadian sejumlah nelayan mendengar dentuman keras. 


Suara ini bertepatan dengan detik-detik saat pesawat Sriwijaya Air menghantam permukaan laut. 


Tak hanya itu, salah satu nelayan juga menyaksikan air laut sempat naik sampai 15 meter saat kejadian.


"Kemarin itu ada tiga nelayan memberikan informasi awal pada saat jatuhnya pesawat ini karena mereka tidak melihat langsung pesawat jatuh itu, tidak. pada saat itu hujan lebat di hari H itu sore sore sekitar jam tiga lewat atau sekitar jam 15.30 WIB-15.50 WIB itu nelayan rajungan.


"Mereka menyebut mendengar suara dentuman keras sekali terus air naik ke atas 10 sampai 15 meter dikira apa ini, bencana, tsunami dan sebagainya. Ternyata setelah air itu naik ada serpihan-serpihan itu diduga ada jatuh kapal, mereka melaporkan Kapospol, kemudian lapor ke Kapolsek akhirnya kan kita tindaklanjuti laporan ke atas," ujar Eko. 


Berdasarkan laporan tersebut, tim langsung mengecek kejadian awal mula dugaan pesawat jatuh tersebut. Lalu ditemukan berbagai serpihan benda dengan kabel-kabel yang menjuntai. 


"Kecamatan Polsek Kepulauan Seribu Selatan turun langsung dengan alat seadanya dengan para nelayan ya yang ditemukan kabel-kabel itu, serpihan kabel-kabel ada empat bagian itu sore itu," ujarnya.

Lihat Puing-Puing Beterbangan


Salah seorang nelayan Pulau Lancang, Hendrik Mulyadi, menceritakan detik-detik saat ia menyaksikan pesawat Sriwijaya Air SJ182 jatuh ke laut. 


Hendrik berada di lokasi yang diduga kuat jadi lokasi jatuhnya pesawat itu bersama dua temannya yang merupakan ABK di kapal pencari rajungan.

"Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa," ujar Hendrik, dikutip dari Antara, pada Senin (11/1/2021).


Setelah kejadian yang mengerikan tersebut, Hendrik mengaku dia dan dua rekannya tidak bisa melakukan apa-apa karena syok. 


Mereka juga bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dan sempat mengira itu kejadian itu adalah bom yang meledak. 


Namun anehnya, ujar Hendrik, sesaat sebelum kejadian, ia tidak mendengar suara mesin pesawat sebelum dentuman keras. 


Ia juga tidak melihat kobaran api membubung sesaat setelah dentuman keras tersebut terjadi. 


"Suara mesin nggak ada. Terus saat kejadian nggak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar," katanya.


Meski tidak mengalami luka-luka dan kapalnya dalam keadaan baik-baik saja, Hendrik mengaku masih syok. 


Bahkan, hingga saat ini, ia merasa tidak enak makan dan tidur. Ia juga merasa tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.

Rumah Warga Bergetar


Junaenah (40), salah satu penduduk pulau Lancang memberikan kesaksian saat peristiwa Sriwjaya Air SJ182 jatuh di laut,


Dia mengaku mendengar suara dentuman yang menggelegar bak petir hingga menggetarkan kaca jendela rumah warga. 


"Hari itu hujan campur angin kencang, tiba-tiba ada suara 'duar' terdengar keras sekali sampai rumah (kaca rumah) bergetar," ujar Junaenah, dikutip Antara, pada Senin (11/1/2021).


Menurut Junaenah, saat itu situasi tidak ada yang berbeda, ada masyarakat yang melaut, mencari rajungan (sejenis kepiting). 


Sementara banyak yang lainnya tetap memilih berada di dalam rumahnya berlindung dari hujan. Rumah Junaenah berjarak sekitar 200 meter dari bibir pantai.


"Pas dengar saya kaget: Ya Allah, suara apa itu, karena besar sekali seperti bom. Tapi saya dan anak-anak tidak keluar karena saya kira hanya petir di tengah hujan," ujarnya.


Setelah itu, ada beberapa nelayan melaut yang kembali pulang, dan mengabari adanya pesawat jatuh di dekat Pulau Laki. Dari sana, warga baru menyadari suara ledakan tersebut mungkin berasal dari pesawat jatuh. 


"Nelayan yang baru pulang mengabari bahwa di sana (perairan Pulau Lancang-Pulau Laki) ada pesawat yang jatuh. Saya langsung ingat oh mungkin itu yang siang tadi (saat hujan) saya kira petir sangat besar," ujar Marsu, Ketua RT 001/RW 001 Pulau Lancang.


Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan semuanya akan kembali pada Allah SWT. Semoga musibah ini bisa menjadi pembelajaran dan penguat keimanan kita. 


Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==