Kategori

Untuk Semua Ayah Agar Tidak Menyesal Ketika Sudah Tua Maka Dampingilah Anakmu Dalam 7 Waktu Ini

By On Mei 08, 2020

Dalam mendidik anak peran seorang ayah juga sangat penting. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda,“Seorang ayah yang mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah sebesar 1 sa’ di jalan Allah.”



Nabi pun mencontohkan, bahkan saat beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya ialah kesempatan untuk mendidik, termasuk saat beliau sedang shalat.

Saat ini banyak keluarga di Indonesia yang kehilangan figur ayah. Ayah sudah berangkat kerja saat pagi buta, ketika si kecil masih tidur. Saat ayah pulang malam hari, sering kali anak sudah tertidur.

“Tak heran bila anak ditanya, ‘Bagaimana ayahmu?’, jawabnya, ‘Auk, ah gelap’. Sebab memang mereka hanya bertemu waktu gelap, saat dini hari dan tengah malam,” kata Bendri Jaisyurahman, salah satu penggagas Komunitas Sahabat Ayah.

Minimnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan membuat anak mengalami beberapa masalah psikologis. Di antaranya, anak yang rendah harga dirinya, anak laki-laki yang cenderung feminin dan anak perempuan yang cenderung tomboy, anak yang lambat dalam mengambil keputusan, serta anak yang cenderung reaktif. Termasuk juga, maraknya generasi alay.

Lantas bagaimana idealnya peran seorang ayah dalam pendidikan anak? Menurut Bendri setidaknya terdapat 7 waktu yang perlu diluangkan ayah untuk anaknya.Yakni diantaranya sebagai berikut:

1. Pagi Hari

Ayah bisa memulai dengan membangunkan anak. Luangkan 5 menit untuk bermain atau mendengar cerita anak mengenai mimpinya.

2. Siang Hari

Luangkan 5 menit saja untuk menelepon anak di siang hari. Mulailah dengan cerita ringan mengenai aktivitas ayah di kantor dan pancing anak untuk bercerita mengenai kegiatannya hari itu.

3. Malam Hari

Sediakan waktu untuk bermain dan juga mendengar cerita anak mengenai aktivitasnya seharian. Beri komentar dan arahkan anak secara positif. Malam hari adalah merupakan waktu yang efektif untuk menanamkan budi pekerti dan sikap-sikap yang baik.

4. Liburan

Saat hari libur, ayah bisa secara total melakukan aktivitas bersama anak. Tidak harus pergi berlibur, bisa juga dengan mencuci mobil bersama, memancing, pergi ke toko buku. Aktivitas tersebut akan menciptakan ikatan yang kuat antara ayah dan anak.

5. Di Kendaraan

Ketika mengantar anak ke sekolah atau ke tempat lain, terutama bila menggunakan mobil, tersedia kesempatan untuk ngobrol dengan buah hati. Selipkan nasihat, misalnya mengenai pentingnya berkendara dengan santun, menghormati hak orang lain, mengikuti aturan lalu lintas, dan lain-lain.

6. Saat Anak Sedih

Saat anak mengalami kesedihan, ia membutuhkan tempat untuk curhat dan menyampaikan keresahan hatinya. Apabila ayah mampu hadir dalam situasi ini, anak tidak akan melabuhkan kepercayaan pada orang yang salah. Sebab pahlawan bagi anak ialah mereka yang ada di dekat mereka, menghibur, mendukung dan menguatkan ketika mereka sedih dan mengalami masalah.

7. Saat Anak Unjuk Prestasi

Luangkan waktu untuk hadir ketika anak mengikuti lomba atau tampil di panggung. Kehadiran ayah dan ibu dalam momen itu adalah merupakan bentuk pengakuan akan kemampuan anak. Tepuk tangan, foto, dan rekaman yang dibuat ayah atau ibu akan menjadi kenangan yang terus mereka bawa hingga besar nanti.

Hal yang perlu diperhatikan, anak tidak hanya butuh ayah, namun juga ibu. Sebagaimana pepatah Arab, al-umm madrasatun, ibu adalah sekolah  atau madrasah bagi anak. Maka, ayah kepala sekolahnya. Ayahlah yang bertanggung jawab agar ‘sekolah’ tersebut berjalan dengan baik dengan menyediakan sarana dan prasarana, mengambil peran, serta membuat instrumen evaluasi. Sedangkan ibu menjadi sumber ilmu, hikmah, dan inspirasi bagi anak dalam proses tumbuh dan berkembang.

Apabila masing-masing fungsi tersebut tidak dijalankan dengan baik, pengasuhan anak akan menjadi ‘pincang’. Minimnya keterlibatan ayah, membuat anak cenderung penakut dan lambat mengambil keputusan. Sementara bila peran ibu yang hilang dalam rumah tangga, anak cenderung mengedepankan logika, namun tidak mempunyai kepekaan.

Sahabat medianda semoga artikel ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi setiap orang tua dan bisa diterapkan dalam mengasuh anak. Semoga bermanfaat. Aamiin

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==