Kategori

Inilah 9 Bentuk Keromantisan dan Kemesraan Nabi Muhammad SAW pada Istrinya

By On Mei 29, 2020


Keromantisan dan kemesraan tidak hanya ada di dalam diri manusia biasa saja. Rasulullah SAW diketahui juga memiliki sisi romantis pada istrinya. Ya, Nabi Muhammad SAW adalah tipe suami yang sangat romantis.

Setidaknya, terdapat 9 bentuk keromantisan dan kemesraan Nabi Muhammad SAW kepada sang istri. Melansir dari NU Online, Kamis (28/5/2020), berikut 14 bentuk keromantisan dan kemesraan beserta riwayatnya.

Menempelkan Mulut pada Bekas Makan dan Minum Istri

Bentuk keromantisan Rasulullah SAW pertama yakni menempelkan mulut pada bekas makan dan minum Sayyidah Aisyah RA. Hal ini telah diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA,

إن كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ليؤتى بالإناء فأشرب منه وأنا حائض ثم يأخذه فيضع فاه على موضع في وان كنت لآخذ العرق فآكل منه ثم يأخذه فيضع فاه على موضع في

Artinya:
“Terkadang Rasulullah SAW disuguhkan sebuah wadah (air) kepadanya, kemudian aku minum dari wadah itu sedangkan aku dalam keadaan haid. Lantas Rasulullah SAW mengambil wadah tersebut dan meletakkan mulutnya di bekas tempat minumku. Terkadang aku mengambil tulang (yang ada sedikit dagingnya) kemudian memakan bagian darinya, lantas Rasulullah SAW mengambilnya dan meletakkan mulutnya di bekas mulutku.” (HR Ahmad [nomor 24373]).

Kecupan Mesra

Bentuk keromantisan Rasulullah SAW lainnya yaitu memberikan kecupan mesra kepada sang istri. Diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA,

إن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا قبل بعض نسائه مص لسانها

Artinya:
“Sungguh Nabi SAW ketika mencium salah satu istrinya, beliau mengecup lidahnya.” (HR Maqdisi dalam Dzakhiratul Huffazh [nomor 1568]).


Tidur di Pangkuan Istri

Tidur di pangkuan istri menjadi bentuk keromantisan Nabi Muhammad SAW selanjutnya. Sayyidah Aisyah RA meriwayatkan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ رَأْسَهُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ وَأَنَا حَائِضٌ

Artinya:
“Dahulu Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca (Al-Qurán) sedangkan aku dalam keadaan haid.” (HR Abu Dawud [nomor 227], Bukhari [nomor 288], Muslim [nomor 454], Ahmad [nomor 24442], dan Ibnu Majah [nomor 626]).

Membelai Istri

Diriwayatkan dari Urwah Bin Zubair RA, beliau meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, berkata,

قلما كان يوم - أو قالت قل يوم - إلا كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدخل على نسائه فيدنو من كل امرأة منهن فى مجلسه فيقبل ويمس من غير مسيس ولا مباشرة » قالت « ثم يبيت عند التى هو يومها

Artinya:
“Hampir setiap hari Rasulullah SAW mengunjungi semua istrinya, lantas mendekatinya satu per satu di tempatnya (rumah). Kemudian Rasulullah SAW mencium dan membelainya tanpa bersetubuh atau berpelukan. ”Aisyah berkata, "Lantas beliau menginap di (rumah) istri yang mendapat gilirannya.” (HR Daruquthni [nomor 3781]). Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad (nomor 24809), Imam Al-Hakim (nomor 2710), Abu Dawud (nomor 1823) dan At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir (nomor 19577).

Mengantar Istri

Diriwayatkan dari Ali bin Husein RA, berkata

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ وَعِنْدَهُ أَزْوَاجُهُ فَرُحْنَ فَقَالَ لِصَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ لَا تَعْجَلِي حَتَّى أَنْصَرِفَ مَعَكِ

Artinya:
“Suatu ketika Nabi SAW berada di masjid (Nabawi), sedangkan istri-istrinya ada di dekatnya kemudian mereka pulang. Rasulullah bersabda kepada Shafiyah binti Huyay: ‘Jangan buru-buru agar aku bisa pulang bersamamu.’ (HR Bukhari [nomor 1897]).

Pada riwayat lain disebutkan,

نَّ صَفِيَّةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزُورُهُ فِي اعْتِكَافِهِ فِي الْمَسْجِدِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَتَحَدَّثَتْ عِنْدَهُ سَاعَةً ثُمَّ قَامَتْ تَنْقَلِبُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهَا يَقْلِبُهَا

Artinya:
“Sungguh Shafiyah istri Nabi SAW mengabarkannya (Husein bin Ali) bahwa ia mendatangi Rasulullah SAW yang sedang i’tikaf di masjid (Nabawi) pada 10 hari terakhir Ramadhan. Kemudian ia berbincang dengan Nabi beberapa waktu lantas berdiri untuk pulang. Kemudian Nabi SAW berdiri dan pulang bersamanya.” (HR Bukhari [nomor 1894]).


Berbincang dengan Istri di Luar

Rasulullah SAW diketahui kerap kali jalan malam-malan dan membincangkan banyak hal. Sayyidah Aisyah RA meriwayatkan dalam sebuah hadits panjang tentang kebiasaan Rasulullah SAW keluar kota membawa istri:

وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ بِاللَّيْلِ سَارَ مَعَ عَائِشَةَ يَتَحَدَّثُ

Artinya:
“Nabi SAW ketika malam hari berjalan bersama Aisyah, berbincang dengannya.” (HR Bukhari [nomor 4810] dan Muslim [nomor 4477]).

Mengajak Istri Makan di Luar

Diriwayatkan oleh Anas RA,

ن رجلا فارسيا كان جارا للنبي صلى الله عليه وسلم وكانت مرقته أطيب شي ريحا فصنع طعاما ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأومأ إليه أن تعال وعائشة جنبه فقال صلى الله عليه وسلم: "وهذه معي" وأشار إلى عائشة فقال لا قال ثم أشار إليه فقال: "وهذه معي" قال لا ثم أشار إليه الثالثة فقال وهذه معي وأشار إلى عائشة فقال نعم

Artinya:
“Seorang lelaki Persia yang merupakan tetangga Nabi SAW mempunyai kuah kaldu paling sedap. Kemudian dia membuat makanan dan mendatangi Nabi SAW lantas mengundangnya untuk makan, sedangkan Aisyah berada di samping Nabi. Kemudian Nabi SAW berkata, ‘Yang ini bagaimana?’ Ia menunjuk Aisyah dan berkata, “Tidak” Kemudian memberi isyarat kepadanya, “Bagaimana dengan ini?” Dia berkata, “Tidak.” Kemudian Nabi memberi isyarat yang ketiga kalinya dan bersabda, “Ini bersamaku?” Kemudian ia berkata, “Ya.” (HR Ibnu Hibban [nomor 5301], Abu Ya’la [nomor 3261], dan Darimi [nomor 2119]).

Menenangkan Amarah Istri dengan Cara Unik

Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah (nomor 454), meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA,

كان إذا غضبت عائشة عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها وقال : يا عويش قولي : اللهم رب محمد اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن

Artinya:
“Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’”

Panggilan Khusus

Nabi Muhammad SAW suka memanggil Sayyidah Aisyah RA dengan panggilan kecil,

يَا عَائِشَ

“Ya Aisy” (HR Bukhari [nomor 3768] dan Muslim [nomor 4480]).

يَا عُوَيْش

“Ya Uwaisy” (HR Ibnus Sunni [nomor 454]).

Panggilan pertama adalah pemenggalan huruf terakhir. Sementara, panggilan kedua dari pemenggalan huruf akhir sekaligus panggilan kecil. Dalam kultur Arab, pemenggalan huruf akhir serta panggilan kecil menunjukkan tanda sayang atau panggilan manja.

Tidak hanya memenggal huruf akhir atau panggilan kecil, Nabi Muhammad SAW juga mmeiliki panggilan khusus untuk Sayyidah Aisyah RA. Sebagaimana yang tertuang dalam banyak riwayat hadits seperti Ibn Majah (nomor 2465), An-Nasa’i dalam As-Sunanul Kubra (nomor 8951), At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir (nomor 18433), Baihaqi dalam Syu’abul Iman (nomor 3675), hingga Al-Hakim (nomor 4587).

Rasulullah SAW memanggil Sayyidah Aisyah RA dengan Humaira’ (حميراء) yang artinya adalah putih kemerah-merahan. Ibnul Atsir menyebutkan dalam An-Nihayah (1/1044):

كان يقول لها أحيانا يا حُمَيْراء تَصْغير الحَمْراء يريد البَيْضاء

Artinya:
“Beliau (Rasulullah SAW) sering memanggilnya (Aisyah) ‘Ya Humaira’ yang merupakan bentuk tasghir (panggilan kecil) dari ‘Hamra’ (merah) sedangkan yang dimaksud adalah putih.”

Ibnul Jauzi menyebutkan dalam Kasyful Musyukil (juz I, halaman 1202):

والعرب تقول امرأة حمراء أي بيضاء

Artinya:
“Orang Arab berkata, ‘Wanita yang merah,’ artinya putih.”

Qadhi Iyadh menyebutkan dalam Masyariqul Anwar (juz I, halaman 702):

قوله لعائشة يا حميراء تصغير إشفاق ورحمة ومحبة

Artinya:
“Perkataan beliau kepada Aisyah ‘Ya Humaira’ adalah bentuk tasghir (panggilan kecil) kasih sayang dan cinta.”

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==