Kategori

Hartamu Bukan Hanya Milikmu, Ini Tiga Orang yang Berhak Memilikinya

By On Juni 17, 2020






Di dalam hartamu ada hak orang lain. Jangan sampai digunakan secara sembarangan karena setiap harta akan dimintai pertanggungjawaban.

Abu Dzar Al-Ghifari ra adalah seorang sahabat yang masyhur dan seorang ahli zuhud (meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat).

Menurutnya dalam harta itu ada tiga pemilik yakni takdir, ahli waris, dan diri sendiri.

Dikutip dalam Tafsir Al-Sya’rawi, karya Syaikh Muhammad Mutawally Al-Sya’rawi, pada hakekatnya harta yang berada di tangan kita juga dimiliki oleh tiga orang.


3 Pemilik Harta Kita

Abu Dzar menjelaskan bahwa harta dimiliki oleh orang yaitu takdir, ahli Waris dan diri sendiri.

Takdir 

Takdir bisa saja mengambil harta yang engkau miliki. Ia bisa mengambil harta yang baik maupun yang buruk tanpa meminta ijin pada pemiliknya.

Takdir juga tak akan mempedulikan apakah si pemilik harta akan sedih atau bahagia karena kehilangan hartanya.

Takdir juga bisa mengambil baik sedikit ataupun banyak atas harta tersebut. Bahkan terkadang ia mengambil seluruh harta tanpa menyisakan sedikitpun.

Coba amati berapa banyak orang yang dahulunya kaya raya bahkan kekayaannya disebut-sebut tak akan habis hingga tujuh turunan. Tapi Allah SWT mampu dengan sekejap membuatnya jatuh miskin.

Ahli Waris 

Jika seseorang mati, ahli waris akan mengambil alih harta orang yang meninggal tersebut. Kemudian tak seorang pun mempertanyakannya.

Dalam beberapa hari; anak, keluarga, dan istri akan menangis dan diam setelahnya. Tapi banyak pula yang merasa senang atas kepergianmu karena artinya harta jatuh ke tangan mereka.

Bahkan, tak banyak ahli waris yang menyedekahkan harta tersebut lalu menghadiahkan pahalanya untuk mayit (sang pemilik) dan mengingatnya.


Diri Sendiri 

Saat kita masih hidup, kita memiliki kuasa atas harta kita. Oleh sebab itu selagi kita masih mampu, jangan lupa gunakanlah hartamu dengan sebaik-baiknya.

Gunakanlah hartamu sebagai alat mengumpulkan pahala dan bekal di alam kekal di akhirat nanti. Kau bisa amalkan untuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir meski ajal sudah menjemputmu.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631)

Selain itu, ada pula yang menyebutkan 7 macam amal jariyah sebagaimana hadist berikut ini:

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:


  • Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
  • Anak shalih yang ia tinggalkan.
  • Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
  • Masjid yang ia bangun.
  • Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
  • Sungai yang ia alirkan.
  • Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.

Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah, no. 242; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman)


Hartamu akan Dimintai Pertanggungjawaban 

Nabi SAW bersabda, “Orang selalu mengatakan, ‘Hartaku, hartaku.’ Padahal, hartanya hanyalah yang telah ia makan dan ia habiskan, yang telah ia pakai dan ia usangkan, atau yang telah ia gunakan di jalan Allah dan ia kumpulkan di tabungan untuk dirinya sendiri. Dan penggunaan untuk selain itu sebenarnya ia kumpulkan untuk orang lain.”

Selain itu Allah SWT juga mengingatkan kita semua untuk mempergunakan harta dalam pengabdian kepada-Nya, sebagaimana firman berikut ini:

Allah SWT berfirman: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang paling kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran:92)

Selain itu kita perlu ingat pula, bahwasanya setiap harta yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawaban di masa perhitungan nanti. Sebagaimana hadist berikut ini:

“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya diamalkan atau tidak, tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan, tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkara hasan shahih)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==