Kategori

Berani Cicip Makanan Ekstrim Ini? Kadal Panggang, Tikus Bakar, dan Sup Darah Segar

By On Oktober 13, 2020


Kuliner ekstrim tidak hanya disukai masyarakat Tiongkok. Banyak pula negara di dunia memiliki budaya menyantap jenis makanan tak biasa seperti kadal dan tikus. Namun ada juga negara yang jusreu mengembangkan tren kuliner baru.

Dari serangga hingga binatang melata yang tak lazim disantap jadi makanan lezat. Berani mencicipi, makhluk aneh dari beragam negara ini?

Kadal Uromastyx, dikenal juga dengan kadal dabb, dapat ditemui di padang pasir. Beberapa negara di Timur Tengah seperti Mesir, Oman, dan Libya menggagapnya sebagai santapan lezat yang halal. Biasanya kadal ini ditangkap saat musim semi tiba dengan menggunakan kait, anjing pelacak, ataupun tangan kosong. Pengolahannya dapat dengan dipanggang atau dimakan mentah. Menurut kepercayaan populer, kadal dabb menjadi alternatif sumber protein, menguatkan tubuh, dan mengobati penyakit. (fit/odi)


Marmut (cuy dalam bahasa Peru) menjadi salah satu santapan yang disukai warga Peru. Sekitar 65 juta marmut dikonsumsi tiap tahunnya. Daging marmut dianggap bergizi, mengandung banyak vitamin, rendah lemak, dan sumber protein. Kebanyakan marmut dimasak secara utuh, baik digoreng atau dipanggang. Dagingnya disebut-sebut bercitarasa seperti kelinci atau ayam kampung. Saking populernya, di Peru sampai ada festival marmut.

 (fit/odi)


Tikus termasuk hewan yang disantap segelintir masyarakat di Kamboja. Jenis Rattus argentiventer atau tikus lahan padi biasa ditangkap setelah panen beras. Tikus liar tersebut menyantap sayuran, jerami, dan akar tumbuhan sehingga dianggap lebih bersih. Organ hati dan daging paha paling sering dikonsumsi. Daging diolah dengan cara dibakar, dibuat sup, atau digiling. Tekstur daging tikus mirip dengan daging babi. Tikus juga banyak diperdagangkan di perbatasan Vietnam. (fit/odi)\


Serangga tak hanya dikonsumsi masyarakat Asia, Afrika, atau Amerika Selatan. Mealworm quiche, springroll jangkrik, dan makanan campuran serangga lainnya dapat ditemui di sekolah masak Rijn Ijssel di Wageningen, Belanda. Menurut ilmuwan Belanda, Arnold van Huis, konsumsi makanan itu adalah jawaban untuk krisis pangan.

Penambahan serangga pada makanan dianggap dapat menyelamatkan hutan, memperbaiki pola makan, meningkatkan kesehatan, hingga mengurangi emisi karbon global. Untuk menarik lebih banyak pemakan serangga, Arnold dan timnya bekerja sama dengan sekolah masak lokal untuk membuat buku masak dan resep yang sesuai. Buku ini berjudul "The Insect Cookbook: Food for a Sustainable Planet". (fit/odi)

































































sumber : food.detik.com

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==